Senin, 15 Maret 2010

ANATOMI ANAK

ANATOMI ANAK


PENDAHULUAN

Seorang anak bukan merupakan seorang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Proporsi tubuh pada bayi baru lahir, balita, anak besar mempunyai perbedaan yang jelas dengan orang dewasa. Beberapa organ tubuh dan struktur telah berkembang dengan baik, dan bahkan telah mencapai ukuran sebagaimana pada orang dewasa ( contohnya trlinga bagian dalam ), sementara organ dan strutur lainnya masih mengalami perkembangan ( contohnya gigi yang akan mengalami erupsi, tanda seks sekunder yang belum berkembang ).

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum perbedaan anatomi pada anak dengan orang dewasa, serta beberapa contoh kelainan anatomi pada anak yang sering dijumpai.



TINJAUAN PUSTAKA

I. GAMBARAN UMUM ANATOMI ANAK

a. Tengkorak

Tulang tengkorak terdiri dari 2 os parietal, 1 os oksipital, dan 2 os frontal, tulang-tulang ini berhubungan satu dengan lainnya melalui membran yang disebut sutura, dan diantara sudut - sudut tulang terdapat ruang yang tertutup membran yang disebut fontanel. Titik tertinggi tulang tengkorak disebut verteks, yang menandakan perluasan ke arah posterior dermatom N.V1 pada kulit kepala.

Sutura pada tengkorak dibagi menjadi :

1 Sutura sagitalis superior, menghubungkan kedua os parietal kiri dan kanan

2 Sutura koronal, menghubungkan os parietal dengan os frontal

3 Sutura lamboidea, menghubungkan os parietal dengan os oksipital.

4 Sutura metopika / frontal, menghubungkan kedua os frontal

Fontanel ( ubun-ubun ) dibagi menjadi :

1. Fontanel mayor/anterior ( ubun-ubun besar/bregma ), berbentuk segi empat, merupakan pertemuan sutura sagitalis superior, sutura frontal, dan sutura koronal. Fontanel anterior akan tertutup sampai usia 18 bulan.

2. Fontanel minor/posterior ( ubun-ubun kecil ), berbentuk segi tiga, merupakan pertemuan sutura sagitalis superior dan sutura lamboidea

Sekitar usia 2 tahun kedua os frontal akan bersatu, namun pada beberapa individu akan menetap pada usia remaja. Sutura sagitalis superior akan menetap dan membentuk suatu sinostosis.

Os parietal mungkin memperlihatkan lubang-lubang untuk vena emiseria parietal, tepat disebelah anterior terhadap sutura lamboidea. Vena emiseria ini menembus os parietal dan berhubungan dengan sinus venosus di dalam dura kranialis. Vena emiseria mengalirkan darah kulit kepala memasuki sinus-sinus venosus selaput otak.

b. Wajah

Arkus zygomatikus terletak pada bagian terlebar wajah, merupakan penonjolan kranium. Di bawah arkus ini terdapat penonjolan os temporal yang disebut prosesus mastoideus. Pada saat kelahiran garis sutura ditengah membagi dua sutura secara vertikal, memisahkan os parietal, frontal, nasal, maksila, dan mandibula dari sisi lawannya. Setelah usia 2 tahun kedua sisi mandibula bersatu pada simfisis menti.

Rongga orbita adalah ruangan berbentuk limas yang tersusun dari os frontal, maksila, zygomatikus, sfenoid, etmoidalis dan lakrimalis. Batas-batas adalah rongga orbita adalah:

-Atap : os frontal

-Dasar : prosesus orbitalis maksila

-Lateral : os zygomatikus dan os frontal

-Medial : os etmoidalis, os lakrimalis

Kanalis optikus dan fisura orbitalis superior terletak pada puncak masing-masing rongga orbita. Pada kanalis optikus tersebut terdapat N.optikus dan A.ophtalmika, sewaktu alat-alat ini melintas di antara rongga orbita menuju fossa kranii media.

Hampir 1/3 tepi rongga orbita disusun oleh os frontal, maksila, dan zygomatikus. Ke arah medial tepi inferior rongga orbita dilanjutkan sebagai krista lakrimalis anterior maksila. Ke arah medial tepi superior dilanjutkan pada os frontal yang bergabung dengan krista lakrimalis posterior os lakrimale. Rigi-rigi lakrimale ini membatasi fossa bagian tulang yang berisi sakus lakrimalis.

Ukuran sinus maksilaris dan sinus etmoidalis pada bayi baru lahir masih kecil, sedangkan sinus frontalis dan sinus sfenoid belum berkembang.

Maksila membentuk dasar rongga orbita dan gusi. Sinus maksilaris merupakan perluasan ke di dinding medial os maksila. Dengan terjadinya erupsi gigi susu maka ruangan sinus ini akan bertambah besar, tetapi pertumbuhan maksila sangat lambat karena pertumbuhan gigi permanen baru terjadi pada usia 6 tahun. Pertambahan ukuran sinus dan tulang alveolar terjadi secara simultan bersama tulang mandibula.

Mandibula terdiri dari dua bagian pada waktu lahir, dipisahkan oleh jaringan fibrosa ( sutura inter mandibularis ) yang akan mengalami osifikasi pada tahun pertama menjadi simfisis menti. Os mandibula mempunyai prosesus alveolaris yang mengelilingi akar gigi bawah. Pemanjangan mandibula terjadi bersamaan dengan pertumbuhan gigi. Pemanjangan ramus mandibula dibutuhkasn untuk menampung gigi yang sedang mengalami erupsi dan mempertahankannya dalam posisi oklusi sesuai dengan bertambahnya jumlah gigi pada maksila sehingga ruang untuk erupsi gigi cukup besar. Pertumbuhan panjang mandibula ini terjadi pada epifisis leher mandibula ( yang terbentuk dari kartilago sekuler ).

Pada saat lahir mandibula berbentuk tumpul. Prosessus koronoideus terletak lebih tinggi dari pada kondilus. Posisi normal mandibula baru tercapai pada usia 2 tahun, dan setelah erupsi gigi permanen posisi kondilus lebih tinggi dari pada prosesus koroideus

Lidah bayi baru lahir ukurannya lebih besar dan ujungnya lebih tumpul. Palatum durum terletak setinggi orifisium tuba eustachius. Dalam perkembangannya palatum akan turun sedangkan muara tuba akan tetap pada tempatnya di nasofaring.

Jaringan limfatik pada langit-langit dan nasofaring ( adenoid ) mengalami hipertrofi dan berangsur-angsur mengecil dan menghilang pada usia 14 tahun.

c. Telinga

Telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan meatus akustikus eksternus. Meatus akustikus eksternal pada bayi baru lahir seluruhnya terdiri dari kartilago.

Telinga tengah adalah modifikasi sinus udara di dalam bagian petrosa os temporal. Telinga tengah berhubungan dengan sel-sel udara mastoid melalui aditus dan juga dengan nasofaring melalui tuba eustachius ( tuba auditiva ). Tuba ini pada anak lebih pendek, lebih lebar, kedudukannya lebih mendatar, dan kurang mengandung rambut getar dari pada tuba orang dewasa, sehingga lebih memudahkan terjadinya radang telinga tengah.

Kavum timpani adalah rongga yang mempunyai arah vertikal dengan batas-batas :

- Atap : tegmen timpani ( bagian petrosa os temporal )

- Dasar : bulbus jugularis superior

- Medial : membran timpani

- Anterior: tuba eustachius

Membran timpani hampir sama ukuran dengan orang dewasa tetapi lebih menghadap kebawah dan terletak lebih dalam. Membran timpani terikat pada tulang timpanika yang telah ada pada saat lahir sebagai cincin timpanika berbentuk huruf C, terletak pada permukaan bawah os petrosa dan skuamosa yang merupakan bagian dari tulang temporal. Pada bayi baru lahir membran timpani lebih tebal dan suram serta letaknya lebih miring.

Tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, stapes, terletak diantara membran timpani dan jendela oval.

Telinga dalam terdapat didalam os petrosa dan mempunyai 2 bagian yaitu labirin bagian tulang dan labirin bagian membranosa. Labirin bagian tulang mempunyai 3 bagian yakni koklea, vestibulum, dan kanalis semisirkularis. Ketiga bagian tersebut telah mencapai ukuran dewasa saat lahir.

Labirin bagian membranosa mempunyai 3 komponen : duktus koklearis, sakulus dan utrikulus, dan ketiga duktus kanalis semisirkularis.

d. Leher

Leher anak lebih pendek daripada leher orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh lebih besarnya rongga toraks pada anak akibat posisi iga yang lebih horisontal.

Bagian luar leher terbagi menjadi daerah segitiga posterior dan anterior.

Batas segitiga posterior leher adalah :

- Dasar : 1/3 bagian tengah klavikula

- Anterior : m.sternokleidomastoideus

- Posterior: m.trapezius

- Puncak segitiga terproyeksi ke superior dibelakang telinga sampai setinggi linea nuke superior os oksipital dimana m.sternokleidomastoideus dan m.trapezius bertemu.

Segitiga anterior leher dibatasi oleh :

- Anterior : garis tengah leher mulai dari os hioid sampai manubrium sterni

- Posterior : m.sternocleidomastoideus

- Atap : tepi bawah os mandibula.

Beberapa kelenjar getah bening dijumpai pada tepi posterior m.sternokleidomastoideus. Kelenjar ini adalah kelenjar getah bening ( KGB servikalis profundus ) yang mengalirkan getah bening kulit kepala dan leher dan bernuara pada trunkus limfatikus jugularis.

Kelenjar tiroid adalah kelenjar berlobus dua yang terletak di sebelah lateral laring dan trakea, pada leher bawah. Kedua lobus dihubungkan oleh ismus jaringan tiroid yang menyilang trakea setinggi tulang-tulang rawan trakea ke 2 – 4. Cabang-cabang laringeus rekuren N.vagus terletak di dalam lobus-lobus tiroid ini. Sewaktu pembedahan kelenjar tiroid, saraf-saraf ini mudah cedera dan bila cedera dapat menyebabkan masalah-masalah pernafasan dan suara

e. Thoraks

Dinding toraks tersusun dari sternum, klavikula, iga, dan vertebra torakal. Pada bayi, bentuk dada hampir bulat. Pada usia di bawah 2 tahun, lingkar dada lebih kecil daripada lingkar kepala. Dada membesar dalam diameter transversal. Pada bayi prematur, iga-iga masih tipis dan sela iga akan tertarik ke dalam pada saat inspirasi. Dalam keadaan normal, dapat teraba celah Harrison yang merupakan tempat perlekatan diafragma pada iga. Tulang iga terletak lebih horisontal, sehingga batas rongga dada lebih tinggi daripada orang dewasa. Dengan lebih tingginya batas atas rongga dada, maka posisi diafargma juga akan menjadi lebih tinggi, dan hal ini akan mengakibatkan pertambahan volume abdomen. Seiring dengan pertambahan usia, akan terjadi perubahan posisi iga menjadi lebih miring, sehingga batas atas rongga dada akan turun.

Rongga dada berisi struktur-struktur penting, yaitu timus, paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar.

Timus terletak di belakang manubrium sterni, dan di depan pembuluh besar diatas jantung. Timus adalah kelenjar berlobus dua yang memanjang, dimana bagian terbesar aktifitas fungsionalnya adalah semasa kehidupan janin. Sesudah pubertas, perlahan-lahan timus mengkerut sampai hanya terdiri dari dua massa lemak memanjang yang ke arah bawah mencapai perikardium dan dengan sedikit sisa jaringan timus.

f. Sistem respirasi

Traktus respiratorius mempunyai dua bagian :

1. Saluran penghantar udara, terdiri dari : hidung bagian luar, rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.

2. Pernapasan, terdiri dari : paru-paru ( mempunyai bronkiolus respirasi, duktus alveolar, sakus alveolar, dan alveolus ).

Tonsil (naso-) faringea terletak didalam submukosa yang melapisi dinding posterior dan superior nasofaring. Tonsil ini dinamakan adenoid, yang jika membesar pada anak mungkin bernafas melalui mulut, sebagai jalan pintas bagi sumbatan saluran pernafasan di antara nasofaring dan orofaring. Pada anak-anak pernapasan melalui mulut yang berlebihan akan membangkitkan perubahan pertumbuhan tulang-tulang wajah.

Pembentukan saluran pernafasan dimulai dari minggu ke-3 kehamilan, dan akan lengkap sampai usia 26 minggu tetapi fungsi pertukaran gas baru sempurna pada minggu ke -34 sampai minggu ke -36, pada saat itu alveolus sudah mulai matang, baik bentuk maupun fungsinya. Walaupun demikian perkembangan alveolus tersebut masih berlangsung terus dalam besar dan jumlahnya sampai bayi lahir.

Kematangan alveolus dalam menjalankan fungsinya sangat dipengaruhi oleh bahan surfaktan, suatu campuran protein dan fosfolipid yang berperan dalam mengatur tegangan permukaan alveolus. Zat ini mulai terbentuk pada minggu ke -18 dan secara bertahap kadarnya meningkat sampai minggu ke-34. Peningkatan jumlah surfaktan masih terus berlangsung sampai bayi lahir.

Pendarahan paru pada bayi berbeda dibandingkan dengan akhir masa kandungan. Pada masa bayi, arteri yang memperdarahi ductus alveolar dan alveolus bagian sentral berasal dari anastomosis arteri bronkopulmonal, dinamakan arteri bronkialis, sedangkan pada anak dan dewasa arteri bronkialis ini berasal dari arkus aorta dan ikut memperdarahi bronkus, bronkiolus dan septum interlobular.

Paru-paru kanan dan kiri adalah jaringan elastis seperti bunga karang dan teraba seperti spons. Paru kanan terbagi menjadi tiga lobus yang terpisah oleh dua fisura, paru kiri terbagi menjadi dua lobus oleh satu fisura. Paru-paru dibungkus oleh sel-sel mesotel yang tipis yang disebut pleura viseralis dan parietalis. Pleura parietalis juga melapisi iga, diafragma dan mediastinum. Antara pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat ruang potensial yang berisi cairan pleura yang disebut rongga pleura dan rongga ini memungkinkan paru berkembang tanpa gesekan.

Paru kanan mempunyai 3 lobus, yaitu lobus superior, media, dan inferior yang masing-masing dipisahkan oleh fisura oblikua dan fisura horisontal. Sedangkan paru kiri mempunyai 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior yang dipisahkan oleh fisura oblikua dan sangat jarang lobus superior paru kiri memiliki fisura horisontal. g. Sistem sirkulasi

Janin memperoleh oksigen dari plasenta karena fungsi paru belum berkembang. Sirkulasi janin diatur oleh tiga komponen penting, yaitu duktus venosus, foramen ovale, dan duktus arteriosus.

Sirkulasi janin dimulai dari plasenta yang menukar hasil akhir metabolisme dengan sumber energi dan metabolisme baru seperti oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, cairan, dan elektrolit. Darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian masuk ke vena hepatika dan sebagian lagi masuk ke duktusvenosus menuju vena kava inferior. Dari vena kava inferior, 1/3 darah akan masuk ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan aorta., sedangkan 2/3-nya lagi akan masuk ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan A.pulmonalis. Hal ini disebabkan oleh muara vena kava inferior terdapat di septum interatrium. Darah dari ventrikel kanan sebagian kecil akan ke paru, sebagian lainnya akan masuk ke aorta desenden melalui duktus arteriosus yang menghubungkan A.pulmonalis dengan aorta desenden.

Hampir semua darah yang berasal dari tubuh bagian atas akan masuk ke atrium kanan melalui vena kava superior, kemudian masuk ke ventrikel kanan.

Setelah kelahiran, terjadi perubahan sirkulasi berupa :

1. Penurunan resistensi vaskuler paru

2. Peningkatan aliran darah paru

3. Peningkatan resistensi vaskuler sistemik

4. Penutupan arteri umbilikalis

5. Penutupan vena umbilikalis dan duktus venosus

6. Pengaliran darah melalui duktus arteriosus terutama dari kiri ke kanan

7. Penutupan foramen ovale

Penutupan arteri umbilikalis terjadi beberapa menit setelah lahir karena kontraksi otot polos dinding pembuluh darah tersebut, dan mungkin karena rangsangan suhu dan mekanik serta perubahan dalam kadar oksigen. Secara fisiologis, penutupan ini terjadi karena proliferasi jaringan fibrotik dalam waktu 2-3 bulan. Bagian distalnya akan menjadi ligamentum umbilikalis medialis, sedangkan bagian proksimalnya akan tetap terbuka sebagai A.vesikalis superior.

Vena umbilikalis dan duktus venosus akan menutup segera setelah penutupan A.umbilikalis. Vena umbilikalis akan membentuk ligamentum teres hepatis yang berjalan pada tepi bawah hati. Duktus venosus yang berjalan dari ligamentum teres hepatis ke vena kava inferior juga akan menutup dan membentuk ligamentum venosum.

Duktus arteriosus akan menutup setelah kelahiran, disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding duktus tersebut, dan mungkin dipengaruhi oleh bradikinin (suatu zat yang dikeluarkan oleh paru selama permulaan perkembangannya). Pirau kiri ke kanan melalui duktus arteriosus biasanya menetap samapi 15-20 jam setelah lahir, tetapi dapat berlangsung sampai beberapa hari. Namun pada bayi sehat umumnya hanya berlangsung selama 1 jam setelah lahir. Penutupan lengkap secara anatomik terjadi dalam waktu 1-3 bulan, selanjutnya menjadi ligemantum arteriosum.

Penutupan foramen ovale terjadi bersamaan dengan tarikan nafas pertama. Pernutupan ini terjadi terjadi akibat meningkatnya tekanan dalam atrium kiri yang disertai penurunan tekanan dalam atrium kanan. Penutupoan fungsional foramen ovale terjadi tidak lengkap segera setelah lahir. Pada 50% bayi sewaktu menangis masih terdapat pirau dari kanan ke kiri sampai usia 8 hari. Pada 50% individu lainnya masih dapat terbuka sampai usia 5 tahun.

h. Abdomen

Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk mencegah terjadinya hernia. Fungsi otot dinding perut adalah untuk pernafasan, proses berkemih, dan defekasi dengan meninggikan tekanan intra abdomen.

Dinding perut terdiri dari berbagai lapisan, yaitu kutis, subkutis, lemak subkutan, fasia superfisialis (fasia skarpa). Kemudian otot dinding perut, yaitu m.oblikus abdominis eksternus, m.oblikus abdominis internus, dan m.transversus abdominis, dan akhirnya lapisan preperitoneum dan peritoneum, yaitu fasia transversalis, lemak preperitoneal, dan peritoneum.

Otot perut anak biasanya lebih tipis dan lebih lemah daripada orang dewasa. Jika anak berbaring, perut kelihatan datar, dan bila berdiri akan terjadi lordosis sehingga perut kelihatan membuncit. Keadaan ini dianggap normal sampai pubertas. Anak dibawah usia 6 tahun, gerakan abdomen akan lebih dominan daripada gerakan toraks, sehingga bila di atas usia 6 tahun masih tampak gerakan abdomen yang dominan perlu dicurigai adanya kelainan paru.

Organ-organ perut relatif besar, tepi hati yang lunak dapat teraba di bawah arkus kosta kanan. Limpa biasanya tidak teraba.

i. Sistem Pencernaan

Pada saat lahir, tidak semua komponen sistem saluran cerna telah mencapai kematangannya. Kelanjutan pematangan sistem pencernaan akan tampak oleh adanya perubahan pola fungsi selama masa pertumbuhan anak.

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Sepertiga atas esofagus merupakan otot serat lintang yang berhubungan dengan otot-otot faring, sedangkan 2/3 bagian bawah adalah otot polos. Esofagus menyempit pada 3 tempat, yaitu setinggi tulang rawan krikoid yang merupakan sfingter, rongga dada bagian tengah akibat penekanan oleh arkus aorta dan bronkus utama kiri (tidak bersifat sfingter), dan pada hiatus esofagus diafragma (otot polos bagian ini bersifat sfingter). Pembuluh vena esofagus bagian bawah berhubungan langsung dengan sirkulasi vena porta. Di sebelah dorsal kanan esofagus terdapat duktus torasikus.

Lambung merupakan bagian sistem gastrointestinal yang terletak antara esofagus dan duodenum. Lambung terbagi menjadi 2 bagian, ¾ proksimal terdiri dari fundus dan korpus, sedangkan bagian distalnya adalah antrum. Ciri yang menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran darahnya yang sangat kaya dengan pembuluh nadi besar di depan kurvatura mayor dan minor serta dalam dinding lambung.

Pada bagian distal lambung terdapat selaput lingkar yang disebut pilorus yang berfungsi sebagai sfingter untuk mencegah kebocoran isi lambung. Pilorus inidiperkuat oleh serabut otot lingkar yang kuat dan terbuka melalui pengaturan saraf.

Duodenum mulai pada pilorus dan berakhir pada batas duodenoyeyunal.Pada cekungan duodenum setinggi vertebra L2 terdapat kepala pankreas.

Sekum pada anak berbentuk kerucut dan apendik berasal dari bagian apek kiri. Selama masa anak-anak dinding lateral sekum membesar, sehingga apendiks terletak pada bagian posterior dinding medial. Mukosa apendiks kaya akan jaringan limfoid pada masa anak-anak dan akan berkurang setelah dewasa.

Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh manusia dan memiliki dua permukaan yaitu permukaan diafragma da viseral. Pada waktu lahir ukuran hati relatif dua kali lebih besar dibandingkan hati pada dewasa dan batas inferiornya dapat dipalpasi dibawah iga. Waktu lahir berat hati sekitar 120 – 160 g. Kemudian berat ini bertambah sesuai pertumbuhan anak. Pada umur 2 tahun berat hati bertambah 2 kali lipat, pada usia 3 tahun beratnya menjadi 3 kali lipat, sedangkan pada umur 9 tahun dan masa pubertas mencapai masing-masing 6 dan 10 kali berat hati waktu lahir. Hati berada di rongga dada bawah dengan bagian atas memotong garis mid klavikula kanan pada sela iga 5-6 dan memotong garis aksilaris kanan pada sela iga ke-7. Batas bawah berada 1 cm di bawah garis lengkung iga bawah.

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen, di belakang gaster, di dalam ruang retroperitoneal. Pankreas terbagi menjadi bagian kepala/kaput, korpus, dan ekor. Di sebelah ekor kiri ekor pankreas terdapat hilus limpa di arah kraniodorsal. Saluran pankreas Wirsung dimulai dari ekor pankreas sampai kaput pankreas, bergabung dengan saluran empedu di ampula hepatiko-pankreatika untuk selanjutnya bermuara pada papila Vater. Saluran pankreas minor Santorini atau duktus pankreatikus asesorius bermuara di papila minor yang terletak proksimal dari papila mayor.

j. Sistem urogenital

Sistem kemih seluruhnya terletak di ruang retroperitoneal, terdiri dari ginjal, ureter, buli-buli, dan uretra.

Ginjal merupakan organ ganda yang terletak antara vertebra L1 dan L4. Pada neonatus kadang-kadang dapat diraba pada janin permukaannya berlobulasi yang kemudian menjadi rata pada masa bayi, dan dengan lemak perinefrik yang tipis.

Ginjal terdiri dari korteks dan medula. Tiap ginjal terdiri dari 8-12 lobus yang berbentuk piramid. Dasar piramid terletak di kortek dan puncaknya yang disebut papila yang bermuara dikaliks minor. Pada daerah korteks terdapat glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan distal. Sedangkan daerah medula terdiri dari percabangan pembuluh darah arteri dan vena renalis, ansa henle, dan duktus koligens.

Satuan kerja terkecil dari ginjal disebut nefron. Tiap ginjal mempunyai kira-kira satu juta nefron. Nefron terdiri atas glomerulus, kapsula Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Ujung nefron bermuara di duktus koligens.

Batas superior ginjal ditempati oleh kelenjar adrenal. Pada waktu lahir ukurannya hampir sebesar ukuran ginjal.

Arteri renalis dan cabangnya merupakan arteri tunggal tanpa kolateral (end artery).

Dinding ureter mempunyai lapisan otot yang kuat, yang berhubungan langsung dengan lapisan otot dinding pielum di sebelah kranial dan dengan otot dinding buli-buli disebelah kaudal. Ureter menembus dinding muskuler masuk ke buli-buli secara miring.

Sistem pendarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri ginjal, gonad dan buli-buli dengan hubungan kolateral.

Pada waktu lahir buli-buli terdapat intra abdomen, berbentuk kumparan, terletak dalam jaringan ektra peritoneal dinding depan perut, karena rongga pelvis pada waktu lahir berukuran sangat kecil dan bagian fundus buli-buli berada di atas simfisis pubis pada waktu buli-buli kosong. Kira-kira pada usia 6 tahun, panggul anak sudah cukup meluas untuk memungkinkan buli-buli ke posisinya yang tetap di dalam panggul.

Testis terletak didalam skrotum. Masing-masing testis berbentuk bulat dan dilapisi jaringan ikat yang tebal disebut tunika albugenia. Saluran keluar testis (duktus efferen) berjalan dari bagian superior testis menuju duktus epididimis. Duktus deferen menghubungkan duktus epididimis dan uretea, naik dari bagian superior skrotum ke dinding perut menembus kanalis inguinalis.

k. Ekstremitas

Pada saat kelahiran ekstremitas atas lebih berkembang dibandingkan ekstremitas bawah. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi ekstremitas selalu dalam keadaan fleksi, dengan gerakan yang aktif dan simetris. Pertumbuhan panjang lengan lebih banyak pada bahu dan pergelangan tangan dibandingkan dengan siku, dengan refleks menggenggam yang kuat.

Pada ekstremitas bawah, pertumbuhan lutut lebih cepat daripada panggul atau pergelangan kaki. Penting pula diperhatikan adanya kelainan posisi kaki dan bentuk tulang pada saat anak mulai berjalan.

l. Kolumna vertebralis

Sampai saat kelahiran, kolumna vertebralis berbentuk huruf C. Hal ini dipengaruhi oleh posisi janin dalam uterus. Pada saat setelah lahir, tulang belakang menjadi fleksibel dan akan menyesuaikan lengkungannya sesuai gravitasi. Lengkung servikal mencembung ke arah ventral ketika anak berjalan. Dengan bertambahnya usia, sumbu pelvis menjadi lebih ke depan, sehingga menimbulkan sikap lordosis pada lumbal untuk mempertahankan posisi tubuh vertikal pada waktu berdiri.

Sebelum dilahirkan, medula spinalis terletak sepanjang kolumna vertebralis, tetapi dengan bertambahnya usia kolumna vertebralis dan duramater mengalami pertumbuhan yang cepat, sehingga ujung kaudal medula spinalis menjadi setinggi ruas L3. Akibatnya, saraf-saraf spinal berjalan miring dari diskus asalnya menuju diskus yang sesuai. Duramater tetap melekat pada kolumna vertebralis setinggi koksigeal. Pada orang dewasa, medula spinalis terletak setinggi ruas L2. Hal ini penting dalam perimbangan penentuan posisi lumbal pungsi agar tidak mencederai ujung bawah medula spinalis.

II. KELAINAN ANATOMI PADA ANAK

Beberapa kelainan anatomi pada anak yang disebabkan oleh gangguan pada masa embriologi :

1. Palatoskisis

Tonjolan hidung medialis, yang membentuk dua segmen antara maksila, gagal menyatu. Koreksi dilakukan sebelum anak mulai bicara untuk mencegah terganggunya perkembangan bicara

2. Cleft vertebra (spina bifida)

Timbul akibat penyatuan yang tidak sempurna atau tidak bersatunya lengkung-lengkung vertebra, dan biasanya disertai dengan cacat medula spinalis yang menonjol melalui celah tersebut dan berhubungan dengan dunia luar. Gangguan penutupan ini biasanya terdapat posterior mengenai prosesus spinosus dan lamina, sangat jarang terjadi pada bagian anterior. Pembedahan dilakukan secepatnya pad spina bifida yang tidak tertutup kulit, sebaiknya pada minggu pertama setelah kelahiran.

3. Stenosis infundibularis pulmonalis (tetralogi fallot)

Merupakan kelainan jantung bawaan yang terdiri dari empat unsur yaitu defek sekat ventrikel, aorta yang berpindah kearah kanan, stenosis pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan. Tindakan bedah harus dilakukan karena dapat menyebabkan kecacatan dan kematian.

4. ASD

Defek septum atrium merupakan kelainan jantung bawaan akibat adanya lubang pada septum interatrial. VSD dibagi menjadi 3 tipe

1. VSD sekundum

2. VSD primum

3. Defek sinus venosus.

Bedah penutupan dilakukan bila rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik lebih dari 2.

5. Atresia esofagus

Terjadi karena gangguan perkembangan jaringan pemisah antara trakea dan esofagus. Atresia esofagus mungkin disertai oleh kelainan jantung, atresia rektum, kelainan tulang belakang, serta kelahiran prematur.Pembedaqhan dilakukan satu tahap atau dua tahap bergantung pada tipe atresia dan penyulit yang ada. Biasanya dilakukan dengan membuat stoma pada esofagus proksimal dan gastrostomi. Penutupan fistel, anastomosis esofagus, atau interposisi kolon dilakukan kemudian pada saat bayi berumur satu tahun.

6. Hipertrofi Pilorus

Merupakan kelainan yang terjadi pada otot pilorus yang mengalami hipertrofi pada lapisan sirkuler, terbatas pada lingkaran pilorus dan jarang berlanjut ke otot gaster. Piloromiotomi merupakan pilihan utama prosedur pembedahan, jika dikerjakan secara benar tidak akan menimbulkan kekambuhan.

7. Hipospadi

Pada kelainan ini, uretra terlalu pendek sehingga tidak mencapai ujung glans penis, muaranya terletak ventro-proksimal. Kelainan ini terbatas pada uretra anterior; leher kandung kemih dan uretra posterior tidak mengalami kelainan, dan kontinensi tidak terganggu. Operasi sebaiknya dikerjakan pada usia pra sekolah.

8. Penyakit Hirscprung

Merupakan kelainan akibat tidak adanya ganglion parasimpatis pada dindinng usus yang menyempit, sehingga lumen usus akan menyempit. Trias yang ditemukan adalah mekonium yang terlambat keluar, perut kembung, dan muntah berwarna hijau. Pemeriksaan colok dubur sangat penting pada penyakit ini. Kolostomi merupakan tindakan operatif darurat dan dimaksudkan untuk menghilangkan gejala obstruksi usus sambil menunggu dan memperbaiki keadaan umum penderita sebelum operasi definitif. Operasi definitif dilakukan dengan mereseksi segmen yang menyempit dan menarik usus yang sehat ke arah anus.

9. Kriptorkismus

Pada kelainan ini, testis tidak turun ke dalam skrotum, sedangkan hernia inguinalis yang umumnya menyertai keadaan tertinggalnya testis tidak menimbulkan gejala atau tanda. Kriptorkismus dapat diatasi dengan pemberian hormon gonadotropin sewaktu usia 1 tahun, jika hasil kurang memuaskan dilakukan tindakan bedah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Minn RHM ; Lat’s Anatomy Regional and Applied, 9th ed, New York: Churcill Livingstone, 1994

2. Langman, Jan: Medical Embryology 5th ed, Baltimore: William & Wilkins, 1985

3. Jhon V. Basmajian & Charles E. Slonecker: Grant, Metode Anatomi Berorientasi pada Klinik, ed 11, jilid 1, 19

4. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Prof. H. Nurbaiti Iskandar : Buku ajar ilmu penyakit THT, edisi 3, Blai penaerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1990

5. staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Buku kuliah 1, 2, 3 Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1985

6. Henning Kramer: Interaktiver volumenbasierter; 3D Atlas eines menslichen Foten auf der Basis einer Kemspintomographie; Dissertation, Fachbereich Medizin, Universitat hamburg, 1998

http://dokterfoto.com/2008/02/25/anatomi-anak/