Kamis, 05 November 2009

ASUHAN NEONATUS DAN BAYI BARU LAHIR

A.   Adaptasi BBL terhadap  Kehidupan diluar uterus
                Saat lahir, bayi mengalami perubahan-perubahan fisiologis yang banyak dan cepat. Kesintasan tergantung pada pertukaran efisien, alveoli paru yang terisi cairan harus diisi dengan udara.
  Udara tersebut harus ditukar oleh gerakan pernafasan yang cepat dan suatu mikrosirkulasi yang banyak dan terletak dekat dengan alveoli harus sudah terbentuk

1. INISIASI PERNAFASAN
                Bayi segera setelah lahir :
§  Pola pernafasan bergeser dari satu inspirasi episodik dangkal menjadi pola inhalasi lebih dalam dan teratur.
  • Aerasi (Kelembaban) paru-paru neonatus adanya pergantian cepat cairan bronkhiale dan alveoli dengan udara
  • Cairan alveoli yang tersisa setelah kelahiran dibersihkan melalui sirkulasi paru (Chernick, 1978)
  • Keterlambatan pengeluaran cairan dari alveoli ikut menimbulkan sindrom takipnea transien pada neonatus.
  • Karena cairan digantikan dengan udara terdapat pengurangan cukup besar pada kompresi vaskule paru dan selanjutnya menurunkan tekanan aliran darah
  • Turunnya tekanan darah arteri pulmonalis duktus arteiosus normalnya menutup à penetapan foramen ovale lebih variabel
  • Tekanan negatif intratoraks yang tinggi diperlukan untuk menghasilkan pemasukan udara pertama kali kedalam aveoli yang penuh berisi air
  • Pernafasan pertama setelah lahir, secara progesif lebih banyak udara residual terakumulasi di dalam paru-paru dan pada setiap pernafasan berikutnya diperlukan tekanan pembukaan paru yang lebih rendah
  • Pada bayi aterm normal, pada pernafasan ke lima, perubahan tekanan volume setiap respirasi sangat serupa dengan orang dewasa normal
2. Tegangan permukaan ALVEOLAR  dan SURFAKTAN Paru
    •                 Bahan aktif permukaan  menurunkan tegangan permukaan aveoli ok, mencegah terjadinya kolaps paru pada setiap ekspirasi
    • Tidak adanya surfaktan yang cukup lazim pada bayi prematur menyebabkan timbulnya Sindrom distress pernafasan dengan cepat.
3. Rangsangan Untuk bernafas
    • Biasanya neonatus mulai bernafas dan menangis segera setelah lahir yang menunjukan terbentuknya respirasi aktif
    • Rangsangan halus individual secara simultan diyakini merangsang aspirasi seperti : stimulasi fisik saat penanganan bayi selama kelahiran
    • Kompresi toraks janin pada persalinan kal II mendorong cairan untuk keluar dari saluran pernasan
    • Tekanan agak bisa sering ditimbulkan oleh kompresi dada pada persalinan pervaginam. Cairan paru-paru yang didorong setara dengan seperempat kapasitas residual fungsional (Sanders, 1978)
    • Bayi lahir dengan SC  mengandung cairan lebih banyak dan udara lebih sedikit di dalam parunya selama 6 jam pertama setelah lahir ( Milner, dkk, 1978)
4. Penatalaksanaan Kelahiran
    a. Asuhan Segera
      • Pada saat  kepala bayi dilahirkan, baik pervaginam atau dengan SC wajah, mulut dan hidung segera dibersihkan dengan posisi kepala lebih rendah dari badan
    • Tali pusat diklem didua tepat antara 3-5 cm dari pangkal tali pusat digunting diantaranya dan ikat
    • Tempatkan bayi diruang penghangat dengan pengatur suhu
    • Bayi segera dilap dan dikeringkan
5. Evaluasi Janin
    • Perhatikan kesejahteraan neonitus dengan :
                a. Status kesehatan ibu
                b. Komplikasi perinatal
                c. Komplikasi persalinan
                d. Usia gestasi
                e. Lamanya persalinan
                f. Jenis, jumlah, waktu, dan rutin  pemberian obat2an
                g. Jenis dan lamanya anestesi
                h. Setiap kesulitan pada kelahiran
    • Bayi di inspeksi untuk setiap kelainan yang terlihat          
    • Awasi segera  bayi dengan mengamati pernafasan dan memeriksa frekuensi denyut jantung bayi melalui auskultasi atau polpasi di pangkal tali pusat
    • Denyut jantung 100/menit atau lebih diterima
    • Bradikardia menetap memerlukan resustasi segera
    • Bayi normal mengambil nafas dalam beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam setengah menit
    • Kalau pernafasannya lambat, pengisapan mulut dan faring dengan tepukan pada telapak kaki dan usapan punggung à merangsang pernafasan
    • Pernafasan abnormal bila lebih dari 1 dan 2 menit
    • Kekurangan bernafas berkelanjutan à resusitasi aktif.
6. Tidak adanya respirasi efektif
                 Penyebab kegagalan melakukan respirasi aktif, sbb :
                a. Hipoksenia fetus sebab apapun
                b. Pemberian obat kepada ibu
                c. Imaturitas fetus yang nyata
                d. Sumbatan saluran pernafasan bagian atas
               
                e. Pneumotoraks
                f. Kelainan paru lainnya baik yang intrinsik (hipoplasi) atau ekstrinsik  (hernia  diafragmatika)
                g. Aspirasi cairan ammion  terkontaminasi mukoneum
                H. Kelainan perkembangan  sistem saraf pusat
                i. Septikeumia
7. Metoda yang digunakan mengevaluasi kondisi neonatus :
    • Nilai APGAR (Dr. Virgina Apgar, 1952)
           Digunakan 1 dan 5 menit setelah bayi lahir
          Nilai Apgar menit pertama menentukan perlunya resusitasi segera
          Saat lahir kondisis bagus nilai APGAR 7 – 10
          Nilai Apgar 10, kenyataannya jarang
    • Bayi dengan nilai 4 – 6 pada menit pertama menampakan depressi pernafasan, lemas (flacid), pucat sampai biru, frekuensi denyut jantung dan iribilitas refleksinya baik.
    • Bayi dengan nilai 0 – 5 denyut jantung lambat sampai tak berdenyut, respon refleks rendah atau tidak ada à lakukan resusitasi, ventilasi buatan dengan segera ! Tandanya bayi lemas, apnoe dan sering berlumuran mukoneum, frekuensi jantung kurang dari 100
    • Nilai Apgar terdiri dari 5 komponen :
                a. Frekuensi denyut jantung
                b. Usaha bernafas
                c. Tonus otot
                d. Iribilitas
                e. Refleks dan warna kulit masing2 dapat diberi nilai 0 – 2

B. Pencegahan infeksi
                1. Tujuan Umum
                a. Mencegah infeksi umum
                b. Meminimalkan resiko  penyebaran penyakit yang  berbahaya (Hepatitis B dan               HIV/AIDS) kepada pasien, petugas kesehatan, petugas  kebersihan dan rumah tangga
2. Prips Dasar
    • Setiap orang harus dianggap berpotensi menularkan infeksi
    • Cuci tangan adalah prosedur yang paling praktis dalam mencegah kontaminasi silang
    • Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh kulit, selaput lendir, darah cairan tubuh.
    • Gunakan pelindung
    • Selalu melakukan tindakan/prosedur langkah yang aman
3. Cuci tangan
    • Cuci ke dua tangan dengan sabun 15 – 30 detik dengan air mengalir
    • Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan atau kontak langsung
    • Setelah menyentuh darah atau cairan tubuh pasien
    • Setelah melepaskan sarung tangan
    • Siapkan satu handuk/lap bersih
4. Cara membersihkan tangan
                Gunakan 7 langkah
C. Rawat gabung